Filosofi Rumah Susila Tongkonan Tana Toraja Dari Sulawesi Selatan
Rumah Adat Tongkonan / Indonesia mempunyai bermacam-macam budaya yang sangat menarik. Beberapa diantaranya menjadi destinasi wisata bagi para wisatawan domestik maupun mancanegara. Salah satu objek wisata yang populer dari bumi pertiwi yaitu wisata budayanya, dimana tujuan wisata budaya bagi para wisatawan (mancanegara) yang terkadang muncul kepermukaan media internasional sehingga menjadi yang paling populer yaitu budaya etika Sulawesi Selatan, khususnya budaya Tana Toraja.
Rumah etika Tongkonan yaitu rumah etika Sulawesi Selatan yang mempunyai bentuk unik mirip wujud bahtera dari kerajaan Cina pada jaman dahulu. Rumah etika tongkonan juga kerap kali disebut-sebut seolah-olah dengan rumah gadang dari kawasan Sumatera Barat.
Bagian atas (rattiangbanua) digunakan sebagai tempat menyimpan benda-benda pusaka yang mempunyai nilai sakral dan benda-benda yang dianggap berharga. Pada bab atap rumah terbuat dari susunan bambu-bambu pilihan yang telah dibuat sedemikian rupa kemudian disusun dan diikat oleh rotan dan ijuk. Atap bambu ini sanggup bertahan sampai ratusan tahun.
Bagian tengah (kale banua) rumah tongkonan mempunyai 3 bab dengan fungsi yang berbeda. Pertama, Tengalok di bab utara difungsikan sebagai ruang untuk bawah umur tidur dan ruang tamu. Namun terkadang, ruangan ini dipakai untuk menaruh sesaji. Kedua, Sali dibagian tengah. Ruangan ini biasa difungsikan sebagai tempat pertemuan keluarga, ruang makan, dapur dan tempat disemayamkannya orang mati. Dan ruangan terakhir yaitu ruang sambung yang banyak dipakai oleh kepala keluarga .
Bagian bawah (sulluk banua) dipakai sebagai tempat binatang peliharaan dan tempat menaruh alat-alat pertanian. Fondasinya terbuat dari kerikil pilihan yang dipahat berbentuk persegi.
Nah, itulah sekilas pemaparan mengenai filosofi rumah etika Tongkonan yang menjadi rumah etika khas dari Sulawesi Selatan. Adakah di antara Anda yang berniat mengunjungi Tana Toraja? Sempatkanlah untuk menikmati keindahan arsitektur rumah etika di Indonesia yang satu ini. Semoga bermanfaat.
Rumah Adat Tongkonan Tana Toraja
Tana Toraja mempunyai banyak tujuan wisata yang sangat menarik bagi para pelancong. Bukan hanya alasannya letak wilayahnya yang jauh dari keramaian sehingga terasa hening dan menenangkan, Tana Toraja juga sanggup menjadi ikon wisata Sulawesi Selatan alasannya wisata budaya dan peninggalan arsitektur nenek moyang mereka yang berupa rumah etika Tongkonan.Rumah etika Tongkonan yaitu rumah etika Sulawesi Selatan yang mempunyai bentuk unik mirip wujud bahtera dari kerajaan Cina pada jaman dahulu. Rumah etika tongkonan juga kerap kali disebut-sebut seolah-olah dengan rumah gadang dari kawasan Sumatera Barat.
Rumah Adat Betawi dan Penjelasannya LengkapTongkonan berasal dari kata “tongkon” yang berarti duduk. Rumah tongkonan sendiri difungsikan sebagai sentra pemerintahan (to ma’ parenta), kekuasaan, dan strata sosial pada elemen masyarakat toraja. Rumah etika Tongkonan tidak sanggup dimiliki secara pribadi/perorangan alasannya rumah ini yaitu warisan nenek moyang dari setiap anggota keluarga atau keturunan mereka.
Filosofi 3 Pakaian Adat Betawi, Pernikahan Salah Satunya
Filosofi 5 Rumah Adat Sumatera Utara (Batak) + Gambarnya
Fungsi Tongkonan
Rumah Tongkonan bukan hanya sekedar berfungsi sebagai rumah adat. Dalam budaya mereka, masyarakat toraja menganggap rumah tongkonan sebagai ibu, sedangkan alang sura (lumbung padi) yaitu bapaknya. Deretan tongkonan dan alang pun saling berhadapan alasannya dianggap sebagai pasangan suami istri. Alang menghadap ke selatan, sedangkan tongkonan menghadap ke utara.Ciri Khas Rumah Adat Tongkonan
Perlu diketahui bahwa arsitektur rumah etika Tongkonan selalu mengikuti model desa dimana rumah tongkonan tersebut dibangun. Akan tetapi, arsitektur tersebut tidak akan pernah lepas dari filosofi dan pakem-pakem tertentu yang diturunkan secara turun temurun. Filosofi dan pakem-pakem tersebut antara lain:1. Lapisan dan Bentuk
Rumah tongkonan mempunyai 3 lapisan berbentuk segi empat yang bermakna empat kejadian hidup pada insan yaitu, kelahiran, kehidupan, pemujaan dan kematian. Segi empat ini juga merupakan simbol dari empat penjuru mata angin. Setiap rumah tongkonan harus menghadap ke utara untuk melambangkan awal kehidupan, sedangkan pada bab belakang yaitu selatan melambangkan final dari kehidupan.2. Struktur Bangunan Rumah Adat Tongkonan
Struktur bangunan mengikuti struktur makro-kosmos yang mempunyai tiga lapisan banua(rumah) yakni bab atas (rattiangbanua), bab tengah (kale banua) dan bawah (sulluk banua).Bagian atas (rattiangbanua) digunakan sebagai tempat menyimpan benda-benda pusaka yang mempunyai nilai sakral dan benda-benda yang dianggap berharga. Pada bab atap rumah terbuat dari susunan bambu-bambu pilihan yang telah dibuat sedemikian rupa kemudian disusun dan diikat oleh rotan dan ijuk. Atap bambu ini sanggup bertahan sampai ratusan tahun.
Bagian tengah (kale banua) rumah tongkonan mempunyai 3 bab dengan fungsi yang berbeda. Pertama, Tengalok di bab utara difungsikan sebagai ruang untuk bawah umur tidur dan ruang tamu. Namun terkadang, ruangan ini dipakai untuk menaruh sesaji. Kedua, Sali dibagian tengah. Ruangan ini biasa difungsikan sebagai tempat pertemuan keluarga, ruang makan, dapur dan tempat disemayamkannya orang mati. Dan ruangan terakhir yaitu ruang sambung yang banyak dipakai oleh kepala keluarga .
Bagian bawah (sulluk banua) dipakai sebagai tempat binatang peliharaan dan tempat menaruh alat-alat pertanian. Fondasinya terbuat dari kerikil pilihan yang dipahat berbentuk persegi.
3. Ukiran Dinding
Ukiran berwarna pada dinding rumah tongkonan terbuat dari tanah liat. Ukiran-ukiran tersebut selalu memakai 4 warna dasar yaitu hitam, merah, kuning dan putih. Bagi masyarakat toraja, 4 warna itu mempunyai arti dan makna tersendiri. Warna kuning melambangkan anugrah dan kekuasaan Allah (Puang Matua), warna hitam melambangkan kematian/duka, warna putih melambangkan tulang yang berarti kesucian dan warna merah melambangkan kehidupan manusia.4. Tanduk Kerbau
Rumah etika Tongkonan umumnya dilengkapi dengan hiasan tanduk kerbau. Hiasan ini tersusun menjulang pada tiang bab depan. Hiasan tanduk kerbau tersebut secara filosofi yaitu perlambang kemewahan dan strata sosial. Semakin banyak tanduk yang tersusun pada rumah ada tongkonan, maka semakin tinggi strata sosial kelompok etika yang memilikinya.Nah, itulah sekilas pemaparan mengenai filosofi rumah etika Tongkonan yang menjadi rumah etika khas dari Sulawesi Selatan. Adakah di antara Anda yang berniat mengunjungi Tana Toraja? Sempatkanlah untuk menikmati keindahan arsitektur rumah etika di Indonesia yang satu ini. Semoga bermanfaat.
0 Response to "Filosofi Rumah Susila Tongkonan Tana Toraja Dari Sulawesi Selatan"
Post a Comment